Reglow Clinic

Jerawatan Saat Menstruasi, Normal atau Tanda Masalah Kulit?

Dipublikasikan pada: 31 Oct 2025

Gambar artikel

Jerawatan Saat Menstruasi, Normal atau Tanda Masalah Kulit?

Hai, cantik! Kalau kamu merasakan “tamu bulanan” datang dan tiba-tiba wajah ditumbuhi jerawat, kamu nggak sendiri, kok. Faktanya, banyak sekali perempuan yang mengalami hal serupa. Tapi, apakah ini normal? Atau justru pertanda masalah kulit yang lebih serius? Yuk, kita bahas bareng-bareng dengan santai dan ramah!

Apakah Jerawat Saat Haid itu Normal?

Jawabannya: ya, sangat normal!

Saat menstruasi, tubuh perempuan mengalami yang namanya fluktuasi hormon. Nah, apa sih maksudnya fluktuasi hormon? Fluktuasi artinya perubahan naik-turun kadar hormon di dalam tubuh. Jadi, pada waktu tertentu hormon bisa meningkat, lalu menurun lagi, tergantung fase siklus menstruasi.

Sebelum lebih jauh, kita pahami dulu apa itu hormon. Hormon adalah zat kimia alami yang diproduksi oleh kelenjar di tubuh kita. Tugas hormon ini penting banget, karena jadi “pembawa pesan” yang mengatur berbagai fungsi tubuh, mulai dari pertumbuhan, metabolisme, suasana hati, sampai kesehatan kulit.

Nah, kenapa saat haid hormon bisa naik-turun? Karena tubuh sedang mempersiapkan siklus reproduksi. Menjelang menstruasi, kadar hormon estrogen dan progesteron mengalami penurunan drastis. Sementara itu, hormon testosteron meski jumlahnya kecil pada perempuan cenderung lebih stabil. Kondisi ini bikin hormon “laki-laki” (testosteron) seakan lebih dominan.

Bagaimana prosesnya hingga muncul jerawat?
Saat testosteron lebih dominan, kelenjar minyak (sebaceous gland) di kulit jadi lebih aktif memproduksi sebum alias minyak alami kulit. Kalau jumlah minyak berlebihan, pori-pori mudah tersumbat. Begitu pori-pori tersumbat dan bercampur dengan sel kulit mati atau bakteri, jadilah jerawat yang sering muncul menjelang dan saat haid. Hal ini diperkuat dengan adanya studi berjudul The Relevant of Sex Hormone Levels and Acne Grades in Patients with Acne Vulgaris: A Cross-Sectional Study in Beijing menyebutkan bahwa lebih dari 50% wanita mengalami jerawat yang memburuk saat menstruasi.

Normal, tapi Tetap Mengganggu?

Memang, jerawat saat haid bisa bikin mood jadi auto-down. Apalagi kalau munculnya banyak sekaligus, meradang, atau timing-nya pas banget kamu harus tampil percaya diri di hari penting. Yang penting diketahui, jerawat menstruasi bukan berarti kamu abai sama kebersihan atau jorok, ya!

Banyak perempuan mengalaminya karena faktor hormon. Jadi walaupun kamu rajin cuci muka, pakai skincare yang tepat, atau berusaha mengontrol minyak wajah, jerawat tetap bisa muncul. Kenapa begitu? Karena masalah utamanya ada di produksi sebum berlebih akibat hormon.

Saat hormon testosteron terasa lebih dominan menjelang haid, kelenjar minyak di kulit otomatis jadi lebih aktif. Nah, sebum yang keluar ini nggak selalu bisa dikendalikan hanya dengan cuci muka atau skincare. Bahkan, walaupun kulit sudah dibersihkan, produksi minyak dari dalam kulit akan terus berlangsung. Kalau produksinya kelewat banyak, sebum bisa menumpuk lagi dalam waktu singkat.

Selain itu, jerawat bukan cuma soal minyak, tapi juga kombinasi antara sel kulit mati dan bakteri. Jadi, meskipun kamu rajin membersihkan wajah, ketika ada faktor internal seperti hormon yang “ngotot” meningkatkan produksi sebum, jerawat tetap berpotensi muncul. Itulah kenapa jerawat saat menstruasi sering dianggap hal yang normal dan sulit dihindari.

#CantikLebihLama Bersama Reglow Clinic

Diskon hingga 50% untuk kembalikan cantikmu dengan treatment yang disesuaikan untuk segala kondisi kulit Anda

Reservasi sekarang

Faktor Pendukung Lainnya Selain Hormon

Walaupun hormon jadi biang utama jerawat saat menstruasi, ada beberapa faktor lain yang bisa memperburuk kondisi kulit. Yuk, kita kupas lebih detail satu per satu:

  1. Produk skincare atau makeup yang tidak cocok
    Kadang tanpa sadar, produk perawatan wajah atau makeup yang kita gunakan mengandung bahan komedogenik. Artinya bisa menyumbat pori-pori. Kalau pori-pori sudah tersumbat, sebum berlebih yang dipicu oleh hormon saat haid akan makin mudah terperangkap, sehingga jerawat lebih cepat muncul. Misalnya, foundation dengan tekstur terlalu tebal atau pelembap yang terlalu berminyak bisa memicu masalah ini. Jadi, penting banget untuk selalu cek label “non-comedogenic” atau “oil-free” pada produk skincare maupun makeup.
     
  2. Stres dan kurang tidur
    Menjelang menstruasi, banyak perempuan juga mengalami perubahan suasana hati dan kualitas tidur yang menurun. Nah, kondisi ini ternyata punya hubungan erat dengan jerawat. Saat stres, tubuh melepaskan hormon kortisol yang bisa meningkatkan produksi minyak di kulit. Ditambah lagi, kurang tidur membuat proses regenerasi kulit jadi tidak optimal, sehingga kulit lebih rentan meradang. Alhasil, jerawat yang tadinya kecil bisa berkembang jadi lebih parah.
     
  3. Efek samping obat-obatan tertentu
    Beberapa jenis obat memang bisa memengaruhi kondisi kulit. Contohnya, terapi hormonal yang mengubah keseimbangan hormon di tubuh, kortikosteroid yang bisa meningkatkan produksi sebum, serta obat antikejang yang terkadang punya efek samping berupa munculnya jerawat. Kalau kamu sedang menjalani pengobatan tertentu lalu jerawat jadi makin parah saat haid, sebaiknya diskusikan dengan dokter untuk mencari alternatif atau solusi tambahan.
     
  4. Pola makan tinggi gula dan makanan berminyak
    Apa yang kita konsumsi sehari-hari juga punya pengaruh besar pada kesehatan kulit. Makanan tinggi gula, seperti minuman manis atau kue-kue, bisa meningkatkan kadar gula darah secara cepat. Kondisi ini mendorong tubuh menghasilkan lebih banyak insulin, yang pada gilirannya merangsang kelenjar minyak untuk bekerja lebih aktif. Begitu juga dengan makanan cepat saji dan gorengan yang tinggi lemak jenuh. Kombinasi ini membuat kulit lebih berminyak dan akhirnya jerawat jadi lebih gampang muncul.

Tips Mudah dan Manjur Mengurangi Jerawat Saat Haid

Berikut nih panduan yang bisa kamu coba untuk meringankan (atau bahkan mencegah!) jerawat menstruasi:

  1. Kompres hangat dan dingin
    Kalau jerawat terasa nyeri, kamu bisa mulai dengan kompres hangat selama 10–15 menit tiap 3–4 jam. Ini membantu membuka pori agar nanah mengeluarnya. Setelah itu, pakai kompres dingin selama 5–10 menit untuk mengurangi pembengkakan dan kemerahan. Dan yang paling penting: jangan dipencet ya! Karena justru bisa meradang atau meninggalkan bekas.
     
  2. Gunakan obat jerawat dengan bahan aktif
    Pilih produk yang mengandung benzoil peroksida, asam salisilat, asam glikolat, atau asam laktat. Selain membantu mengatasi jerawat, bahan ini juga mencegah jerawat muncul lagi karena bisa menstimulasi regenerasi sel kulit.
     
  3. Perbaiki pola makan
    Kurangi makanan manis, tinggi karbohidrat, atau berminyak. Sebaliknya, kamu bisa perbanyak konsumsi buah, sayur, oatmeal, dan makanan tinggi serat karena dapat menjaga kadar gula darah lebih stabil. Yang artinya menurunkan risiko jerawat.
     
  4. Kurangi riasan tebal
    Kalau wajah sedang sensitif, cobalah untuk makeup detox. Istirahatkan dulu dari produk berat. Riasan tebal justru bisa menyumbat pori-pori dan memperparah jerawat.
     
  5. Rajin membersihkan wajah dan mandi
    Cuci muka dua kali sehari pakai sabun yang sesuai dengan jenis kulit. Mandi juga perlu dilakukan secara rutin, serta gunakan pakaian berbahan katun yang menyerap keringat. Setelah berkeringat, segera ganti pakaian agar jamur/kuman tidak berkembang dan memicu jerawat.

Bila Jerawat Tak Kunjung Reda

Kalau jerawat tetap membandel meski menstruasi sudah selesai dan kamu sudah melakukan berbagai langkah di atas, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter kulit atau obgyn. Bisa jadi diperlukan penanganan yang lebih spesifik seperti:

  • Pil KB (kontrasepsi hormonal) untuk menurunkan kadar testosteron dan mampu menekan produksi minyak. Namun, beberapa orang mungkin butuh beberapa bulan untuk melihat efeknya.
     
  • Spironolakton, obat penurun hormon testosteron, yang bisa efektif tapi memiliki efek samping konsultasi dulu ya!
     
  • Jika jerawat tingkat lanjut, dokter bisa meresepkan isotretinoin (derivat vitamin A), Retin-A (retinol), atau antibiotik dosis rendah seperti tetrasiklin. Pilihan prosedural seperti peeling, laser, atau injeksi kortison pun bisa direkomendasikan bergantung kondisi.

Jadi, jerawat saat menstruasi memang hal yang wajar karena dipicu oleh fluktuasi hormon, meski sering terasa mengganggu dan bikin kurang percaya diri. Kabar baiknya, kondisi ini bisa dikelola dengan perawatan kulit yang tepat, gaya hidup sehat, serta pola makan yang lebih seimbang. Namun, kalau jerawat terasa makin parah, menetap meski haid sudah selesai, atau menimbulkan nyeri dan bekas yang sulit hilang, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter kulit. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan penanganan yang sesuai, sekaligus memastikan bahwa jerawat yang kamu alami benar-benar hanya efek hormon bulanan dan bukan pertanda masalah kulit lain yang lebih serius.


 

Referensi
National Library of Medicine. Diakses pada 2025. The Relevant of Sex Hormone Levels and Acne Grades in Patients with Acne Vulgaris: A Cross-Sectional Study in Beijing
 

Diulas oleh: dr. Yunita

 

#CantikLebihLama Bersama Reglow Clinic

Diskon hingga 50% untuk kembalikan cantikmu dengan treatment yang disesuaikan untuk segala kondisi kulit Anda

Reservasi sekarang
Kembali ke daftar artikel